Arsip Blog
Dana Permen: Siapa Mau Mengelola?
Terlepas dari niat baik pak Haji pembagi zakat, kasus tewasnya puluhan wanita yang berebut antri zakat di pasuruan menambah daftar kesedihan bangsa ini. Gunung es kemiskinan atau mental miskin bangsa ini semakin mencuat saja.
Bila anda termasuk orang yang seneng peduli sesama seperti pak Haji, tapi susah mencari dana, ada solusi yang kek nya cerdas yang dilontarkan senior saya. Idenya sangat sederhana.
Brapa kali kita blanja di mini market, swalayan, dalam sebulan? Brapa kali kita disodori permen kembalian karena mreka dosa bilang atau ndak bilang ndak ada uang receh di bawah cepek-an? Sukakah kita sama permennya? Banyak orang yang tidak suka dengan aroma tertentu. Durian misalnya. Tapi apakah si mbak kasir nanya dulu permen apa yang kita maui? Jadinya sering tuh permen yang akhirnya kita nggak makan, kadang sampai beberapa hari terbengkalai dan akhirnya lengket, Kadang sampai kecuci. Pernah gitu?
Saya berani bertaruh bila di dekat mesin kasir diberi tulisan “Mohon keikhlasannya, uang kembalian anda yang di bawah 100 rupiah kami minta untuk dikelola dan dishodaqohkan kepada anak yatim dan fakir miskin di sekitar swalayan ini”, hampir pasti tidak ada yang keberatan. Bagaimana dengan anda?
Andai saja dana permen itu dikumpulin jadi satu. Setiap bulan misalnya. Bayangin, bila dalam sehari di satu swalayan ada 2000 transaksi (untuk swalayan besar) dan 100 transaksi untuk minimarket, yang kembaliannya dalam bentuk permen. Katakan satu permen harganya 50 rupiah. Ini sebagai rerata kembalian, karena yang dipermeni biasanya adalah kembalian di bawah 100 rupiah. 75, 80, 15, 45, 10 50 dkk.
Sehari 2000 x Rp. 50-, = Rp. 100.000,-
Sebulan Rp. 3.000.000,-Sehari 100 x Rp. 50,- = 5.000,-
Sebulan Rp. 150.000,-
Hitung sendiri bila swalayan yang dikelola ada 10 swalayan besar dan 200 minimarket. Betapa potensialnya sebuah permen kembalian.
Lha kalau ini bisa menasioal dan menjadi peratuaran pemerintah atau apapun yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, bukankah ini menjadi salah satu point gratisuntuk memerangi kemiskinan? Tentu saja tidak lepas dari pengelolaan dana yang benar dan adanya konsep pembinaan mental agar tidak bermental kere. Mosok pake kalung emas antri zakat 30 ribu?.
Teknis pencatatannya? Nggak usak bingung. Buat saja program kasir yang terintegrasi dengan sistem pencatatan kembalian itu. Tuh banyak mas mas programmer handal. Minta tolong mereka untuk membuatkan programnya. Biasanya mereka mematok sekitar 1-3 juta untuk single user dan gak bisa diinstal 2x. Lha wong ini untuk misi kemanusiaan, minta aja pada mereka untuk gratis. Kalau nggak mau kebangetan. Emang mereka bisa buat program dapat kemampuan dari mana? Dari kuliah? Dari belajar? Ujung ujungnya juga dari Allah SWT.
Sebagai penutup, masih mending ada permen. Berapa kali anda beli bensin di SPBU dan tidak diberi kembalian yang hanya 100 200? Berapa tuh dosa di empunya SPBU. Bila dikelola juga, khan bisa ngurangin tuh dosa? Atau mau anda tagih nanti di akhirat? Minta diganti pahala yang punya SPBU? Buat yang punya SPBU : ati ati mas! itu dosa kecil tapi tiap hari sampean lakoni!
Anda Punya SPBU? Monggo!!
Buka Rekening Sekarang Juga!
Istilah itu milik Pak Muhammad Jazir ASP untuk segera membuka usaha dalam bentuk apapun. Ceritanya kira-kira begini (maaf bila tidak sesuai) seperti di tuturkan dalam sebuah pengajian di Masjid Jogokarian. Waktu itu ada juga inisiator Gerakan Poligami Nasional, pemilik Ayam Bakar Wong Solo. Siapa saya lupa namanya. Puspo Wardoyo mungkin.
Selepas kuliah, pak Jazir bingung mau kerja di mana. Jaman krisis moneter saat itu. Banyak perusahaan gulung tikar. Akhirnya beliau memilih kerja kepada Allah SWT. Lho? Karena Allah SWT tidak akan pernah bangkrut. Selalu Maha Kaya. Begitu landasan vertikalnya. Beliaupun mengabdikan dirinya di AMM Kotagede. Milik Pak As’ad Humam, penggagas Metode Belajar Iqro’.
Pengabdian demi pengabdian, mengajar mengaji demi mengajar mengaji, waktu demi waktu berlalu intinya….
Tak juga hujan rezeki datang tercurah.
Usut punya usut beliau menemukan akar permasalahannya.
Lewat jalan mana Allah akan memberikan rezeki kalau tidak dibuatkan wadah rezekinya?. Dengan kata lain, lewat usaha yang mana Malaikat Pembagi Rezeki akan mengalamatkan rezeki?. Apa lewat usaha orang lain? Apa mak bedunduk jatuh di depan pintu selepas jam 3 pagi?. Lewat rekening yang mana sebagian gaji itu (karena yang terbesar tentu saja terkumpul di rekening yang ada di Malaikat Rakib – ‘Atid) akan di transfer.
Untuk menjembatani itu, akhirnya beberapa usaha dirintis oleh beliau. Dan nyatanya berkembang dengan pesat. Sebagian gaji itupun mengalir ke rekening yang beliau upayakan.
Hampir senada dengan hal di atas, AA Gym pernah mengkaji tentang bagaimana rezeki datang kepada kita. Beliau menegaskan bahwa kita tidak tahu seberapa besar jatah rezeki yang ditetapkan hari ini. Segelas, sepiring atau sebakul atau malah se peti kemas.
Malam ini, Malaikat pembagi rezeki datang kepada kita, dia membawa rezeki 5 piring. Sudah mau diletakkan di piring, eh ternyata kita hanya sediakan 2 piring. Ini orang mau diberi 5 piring kok cuma sediakan 2 piring, ya sudah 2 piring saja. Yang lain dikembalikan kepada Allah.
Esok malamnya berkunjung ke tetangga kita, pengangguran. Malaikat bawa rezeki 1 kontener. Dimana mau diletakkan? Tempat saja tidak ada!. Beruntung bila orang itu ikutan nggak mikir tren SMS nggak mutu berhadiah di tipi tipi itu dan ikut sms. N-E-P-I-P-U. Masih satu menit lagi, ayooo, kira kira artinya tukang ngapusi. Ayo….!! Endonesia endonesia !
Esoknya lagi tersedia rezeki 10 x tambal ban dalam sehari. Rp. 5000,- x 10. Rp. 50.000,- untuk pak Kelik tukang tambal ban ditepi jalan raya. Sebenarnya ia mampu menyelesaikan 20 lebih tambalan dalam 1 hari. Intinya, tempatnya lebih besar dari jatah rezeki. Ya ndak jadi soal.
Logiskah mas Peyek berpenghasilan Rp. 1.000.000,- per hari hanya dengan 1 tempat angkringan saja?. Beda kalau pak Peyek sambil dolanan MLM, Adsense, tukang parkir domain, affiliasi dan sejenisnya.
Maka bisa jadi inilah kesimpulannya :
1. Jalankan usaha untuk mendapatkan rezeki.
2. Jalankan usaha yang logis bisa menghasilkan rupiah banyak.
3. Kalaupun tidak terisi penuh, kita tidak kehilangan jatah rezeki kita, karena selalu kita sediakan tempat yang besar.
4. Apalagi ya? Ada pendapat?