Monthly Archives: Desember 2007
Road To Succes : Memelihara Konsistensi
Konsistensi, banyak yang merasa ini adalah bagian terberat dari perjalanan menuju sukses. Mempertahankan aksyen dan bangkit sekali lagi setiap kita jatuh. Tetapi ini juga yang membawa kita pada banyak perubahan.Yang terpenting sih, kayaknya perubahan kebiasaan.
Kegiatan yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu lama banyak berpengaruh pada perubahan pola pikir dan tingkah laku, karena akan terekem dalam otak kanan dan alam bawah sadar kita. Ini akan menjadikan karakter baru kita. Dulu yang males malesan sekarang rajin, dulu yang ndak suka baca buku, sekarang menjadi kebiasaan, dulu yang nggak suka kumpul orang, sekarang jadi kewajiban, dulu yang nggak suka sodaqoh sekarang jadi kebutuhan, dulu yang buka gerai pulsanya cuma seenaknya sekarang lebih pagi buka dan lebih malam tutup, dan masih banyak lagi.
Nah, gimana agar kita bisa konsisten melakukan sesuatu?
1. Visioner, punya visi jauh.
Pernah dengar cerita orang kejar kelinci? Katakanlah kita, mengejar kelinci di kebun. Kelincinya guede banget. dari jarak 50 meter saja, masih jelas keliatan. Kita mengejar dengan segenap kemampuan kita. Kita Tubruk, kita jaring, kita coba jebak dengan umpan. Semua upaya kita lakukan. Orang terdekat kita kalau lihat, pasti setuju untuk membantu. Karena jelas kelincinya ada. Begitu kepegang, harum sate kelinci pasti di depan mata. Acara kejar kelinci ucul ini rekam oleh tetangga kita yang kebetulan punya handycam baru. Orang yang melihat akan berkata :” Gila tuh si badu, ngeejar kelinci, kalau belum kena belum mau berhenti.” Orang orang salut.
Lima hari kemudian siempunya datang dengan membawa hasil rekamannya tetapi kali ini dia iseng melakukan editing. semua tokoh kelinci di rekaman tadi dihilangkan. Ketika diputar apa yang terjadi, orang orang bilang: “Gila i badu, berlari kesana kemari, tubruk sana tubruk sini. Ngejar setan kali?”. IStri kita, jangankan mau membantu, malah bilang pada anak anak;”Bapakmu strip!” sambil menyilangkan jari di dahi.
Itulah visi.
Orang lain tidak tahu dan tidak mau apa visi kita, Impian kita. Cita cita kita. Pendidikan anak anak kita. Gaya hidup kita. Ladang amal kita. Masa tua kita.
Orang lain tidak tahu berapa anak yatim mau kita santuni. Berapa janda miskin mau kita ayomi. Berapa lembaga pendidikan mau kita benahi. Orang nggak tahu. Dan tidak mau tahu. Mereka akan mengganggu upaya upaya kita dengan mengajak mancing, nonton bola, touring, begadang, main kartu, dlsb.
Tetapi kalau kita tetapkan visi kita, kita ingat terus, insya Allah berperan menjaga konsistensi.
Bila tidak.
Ngapain malam malam keluyuran cari daganngan, tidur juag enak.
Ngapain malam malam sholat, tidur juga enak.
Ngapain susah susah tebar proposal, nonton pilem asyik.
Dan semua ngapain
2. Punya Dasar yang kuat akan visinya
Suatu hari pak Haji mau ke pasar jual kambing. Dituntunnya kambingnya. Jalan kaki karena jaraknya cuma sekilo. “Sambil olahraga”, katanya. Tanpa setahu pak Haji, ada empat orang pencuri yang menginginkan kambing itu.
“Pagi, pak Haji”, si A menghadang di pertigaan. “Pagi pagi kok sudah nuntun anjing, pak Haji?”
“Lho adik ini gimana, sudah jelas kambing kok dibilang anjing.”
“Ah pak haji ini, keliru ambil kali?, atau lupa nggak pake kacamata ya?”
pak Haji hanya geleng geleng. Ada ada saja nih orang.
Di perempatan.
“pak Haji, tindak pundi?”, si B menyapa.
“O…., ini mo jual” belum selesai pak Haji bicara, si B sudah menyahut,
“O.. mau jual anjing?, lagian siapa yang mo beli, pak?. Kalau kambing, saya juga mau pak Haji”
pak Haji berkata dalam hati, “Ini hari aneh banget. Mosok dua orang mengira ini anjing?”
Di Proliman.
“Anjing nya bagus, pak. Boleh beli di mana pak Haji?”, tanya si C.
“Anjing gimana?, ini kambing, plis dong ah, diperhatikan dong.”
“Ah, pak Haji ini sudah bener pikun, ya. Coba dengar tuh suaranya”
Embeeee si kambing seperti di kode untuk mengembik.
“Nah, tu dengar sendiri pak Haji, barusan anjingnya menggongong”
Pak haji bingung. Sudah 3 orang. Jangan jangan ini benar anjing.
Di gerbang pasar. Si D.
“Eh pak haji, pamali, mosok pak Haji nuntun anjing, anjing siapa, sini biar saya bawa, ntar pak haji jadi tertawaan orang. Mosok di pasar kambing, pak Haji bawa anjing. Kambing Kota pak Haji”
Pak haji bertambah bimbang. Tanpa ba bi bu lagi, pak Haji menyerahkan kambingnya di bawa si D.
Teguhkan visi kita, tetapi perlu juga dasar yang kuat.
3. Berkumpul dengan orang orang yang mau atau sudah sukses.
Orang orang ini biasanya punya tipe suka membantu orang. Bukan tipe SMS. Senang melihat orang susah. Susah melihat orang Senang. Minimal terpengaruh aura semangatnya.
4. Modal berlipat.
Ini diperlukan untuk bangkit sekali lagi tadi. Mengapa banyak pemula gagal sedang banyak yang sudah kawakan sengan gampang berhasil?. Letaknya bukan pada pemula atau kawakannya, sih. Peternak kelinci pemula pelihara Kelinci 10. Belum punya pengalaman, terkena scabies, out semua. Nggak ada cadangan modal. Nggak bisa menembus batas. Tetapi pak Raharjo pelihara 1000 mati semua kena racun di makanannya. Ya ndak masalah. Beli lagi. Dia khan pengusaha bus AKAP.
5. Sudah Berada di Zona Aman.
Orang yang sudah berada di Zona aman mempunyai resistensi terhadap tekanan biasanya lebih tinggi. karena pikirannya tidak kemrungsung memenuhi kebutuhan pokoknya. Sehingga bisa lebih bisa konsisten. Gagal tidak ada pengaruhnya. Ia punya bekal bahwa gagal pun, Zona amannya masih bisa diharapkan. Tidak kemrungsung. Tidak berpikir hasil. Ia sekedar memenuhi quota untk sukses. Suatu saat pasti ada yang gol.
Sayangnya, budaya kita sudah seperti konsumsi kita, maunya serba instan. Sekali jalan, langsung sukses. Kita memandang orang hanya pada saat momentumnya sudah menghasilkan posisi melejit. Kita tidak pernah menanyakan bagaimana prosesnya. Makanya jangan banyak makan mie instan.
Lho opo hubungane?